Laman

Rabu, 30 Januari 2013

Tuhan dan Sesembahan

Bismillaahir rahmaanir rahiim, teman-teman pernah nonton film arab yang orang-orang munafiknya berkata “Wallaahi” (demi Allah) padahal menyembah berhala? Bingung enggak sih kenapa mereka berjanji demi Allah sedangkan yang mereka sembah adalah berhala, bukan Allah? 

Ternyata kata ustadz Felix Siauw dalam suatu rekaman videonya, orang-orang arab jahiliyyah itu membedakan penyebutan antara "rabb" (tuhan) dan "ilaah" (sesembahan atau yang disembah).

Jika mereka ditanya “Siapa tuhanmu?” Dengan lantang mereka menjawab “Allah”.
Tapi jika mereka ditanya “Siapa yang kamu sembah?” Mereka akan menjawab “Latta, Manna, Uzza, dan kawan-kawanya” (nama-nama berhala).

Itulah sebabnya kalimat syadahat berbunyi “Laa ilaaha illallaah” (tidak ada yang disembah selain Allah), bukannya “Laa rabba illallaah” (tiada tuhan selain Allah).
Karena Allah tidak ingin hanya menjadi figur Tuhan tanpa ada yang menyembahNya, tanpa ada yang mematuhi segala perintahNya serta menghindari semua laranganNya, tanpa ada yang selalu menyebut namaNya, tanpa ada yang mengingat segala pemberianNya, tanpa ada yang memuja keperkasaanNya, tanpa ada yang mencintaiNya sepenuh hati, dan tanpa ada yang membutuhkan pertolonganNya.

Allah ingin benar-benar disembah oleh hamba-hambaNya, ingin dipatuhi segala perintah dan laranganNya, ingin selalu diingat kehadiranNya, ingin selalu disebut namaNya, dan ingin selalu dicintai oleh hamba-hambaNya.

Dan fenomena arab jahiliyyah ini terulang sekarang, kita memang meyakini Allah tuhan kita, tapi bukan Allah yang kita sembah. Jangan menyangkal dulu, tolong disimak.

Menyembah bukan berarti seperti dalam film-film arab jahiliyyah yang mengibas-ngibaskan tangan mereka ke atas dan ke bawah. Maaf, bahasa mengibaskan tangan rasanya kurang cocok. Orang-orang arab jahiliyyah mengangkat tangan dan menurunkannya lagi berulang kali di hadapan para berhala buatan tangan mereka sendiri. 

Menyembah jaman sekarang beda, tidak seperti yang aku sebutkan tadi. Coba kita ingat-ingat lagi, apa/siapa yang paling kita takuti? Apa/siapa yang selalu kita turuti keinginannya?

Boss di kantor? Coba diinget, kalau boss memanggil, kita terburu-buru datang menghadap walau apapun yang sedang kita lakukan. "Takut si boss marah dan dipecat", katanya. Sedangkan kalau Allah yang memanggil kita untuk sholat (adzan) kita enggak langsung buru-buru menghadap memenuhi panggilan sholatNya.

Padahal, siapa sih yang memberikan kita rizki dan segala maca nikmat yang ada? Siapa sih yang sudah menginjinkan kita hidup di dunia ini? Bukan si boss yang memberi kita rizki, tapi Allah yang memberi kita rizki melalui si boss itu. Memangnya enggak takut "Boss Seluruh Alam" marah dan kita dipecat dari dunia ini lantaran enggak langsung menghadap saat dipanggil?

Atau pacar? Apapun yang doi mau selalu kita usahakan untuk dipenuhi. Telepon darinya langsung dijawab. Sms darinya langsung dibalas. Si dia minta sesuatu langsung dituruti karena takut doi ngambek dan marah yang mengakibatkan keretakan hubungan nantinya.

Padahal, siapa sih yang menciptakan kamu dan dia? Marahnya dia belum apa-apa dibandingkan dengan murkanya Allah. Bisa saja Allah mencabut semua nikmat yang sudah Ia berikan, mata ini dibuat tak bisa melihat, kaki tangan ini dibuat lumpuh, otak ini dibuat tak lagi dapat berpikir, hidung ini dibuat tak dapat lagi menghirup oksigen, atau bahkan bisa saja Allah mengambil pacarmu itu. Na’udzubillaah :’(
Hati-hati kawan, jangan sampai kita malah menuhankan cinta itu sendiri dibanding Sang Pencipta Cinta.

Atau malah ada yang memuja artis? Semua gossip seputar artis itu kita tau, semua film yang diperankannya tau, semua iklan yang dibintanginya tau, dan semua lagu-lagunya kita hapal, bahkan konsernya sekalipun kita bela-belain datang walau jauh dan harga tiketnya di luar akal sehat kita.

Tapi kok kemauan Allah (perintah dan laranganNya) enggak pernah dipatuhi? Sebagian orang malah ada yang mencibir orang-orang yang berusaha untuk tunduk padaNya. Sholat enggak dikerjakan, khimar (kerudung) dan jilbab (pakaian muslimah yang longgar, tidak menerawang, tidak menampilkan lekuk tubuh) enggak dipakai, puasa cuma setengah hari bak anak-anak di bawah usia SD yang baru belajar puasa, belajar ilmu agama juga enggak pernah, tapi maksiat jalan terus?

Hayoo, sudah sadar sekarang? Mau disebut kaum musyrikin layaknya orang-orang arab jahiliyyah dulu lantaran menyembah selainNya?

Yuk sama-sama memperbaiki diri, sama-sama mempersiapkan bekal diri untuk masuk ke surgaNya, sama-sama memperindah keimanan kita di hadapanNya kelak :’)

Aku bukan orang baik dan suci, aku hanya berusaha berbuat baik dengan mengajak orang-orang untuk kembali padaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar