Laman

Jumat, 28 Desember 2012

Seimbang


Ada lagi yang bilang gw sok suci -__-'
Tapi enggak apalah, dari pada lu sok bejad :p
Ada juga yang bilang, "Seimbangin antara dunia sama akhirat, jangan ngejar akhirat terus" -__-'

Yakin kalian yang ngomong gitu udah seimbang antara dunia dan akhirat kalian? Aku sih enggak yakin sama diriku sendiri.
Yuk kita bahas apa arti kata dari seimbang. Kalau dalam ukuran timbangan bisa disebut sama berat, atau sama rata, atau bisa dikatakan secara tidak langsung seimbang sama dengan adil, clear?


Sekarang coba kita ingat-ingat lagi kegiatan kita sehari-hari. Bagi pekerja, di siang hari kita sibuk dengan pekerjaan kita, apalagi yang bekerja dengan target, kalau belum mencapai target, belum berhenti kerjanya. Pulang kerja, istirahat karena capek, atau main dengan teman-teman bagi yang masih muda, ada juga yang kuliah malam.

Bagi pelajar, pagi sampai siang sekolah bagi yang masih sekolah, kuliah bagi yang kuliah. Jam kosong saat guru/dosen absen, atau saat enggak ada jam kuliah sebagian besar digunakan untuk ngobrol-ngobrol enggak jelas, kalau pulang cepat juga biasanya dipakai dengan main ke rumah teman, atau main ke mall, nonton, shopping, etc. Pulang sekolah/kuliah, istirahat karena capek, atau kalau yang agak rajin dikit belajar dan mengerjakan tugas.

Jadi, kapan kita ingat Allah? Kapan kita beribadah pada Allah? Waktu sholat? Cuma 5x dalam sehari, sekali sholat pun kadang enggak sampe 5 menit kita sholat kalau lagi buru-buru, bahkan ada beberapa yang enggak sholat cuma karena takut kerjaannya enggak beres.
Dari 24 jam waktu kita dalam sehari, berapa jam waktu yang kita habiskan untuk bercinta dengan Allah? Untuk beribadah pada Allah? Seper-empat hari pun rasanya tak sampai.

Dan berapa jam waktu yang kita habiskan untuk kesenangan dunia? Untuk memenuhi kebutuhan keduniaan kita? Adakah 12 jam kita gunakan untuk beribadah dan 12 jam untuk urusan dunia? Mungkin bahkan lebih dari 12 jam?

Itukah yang kita sebut dengan seimbang? Apa arti kata dari seimbang? Sama rata, tidak berat sebelah, atau bisa dikatakan juga adil. Adilkah kita pada Allah kalau kita lebih banyak mengingat dunia dan segala isinya dibanding Allah yg menciptakan dunia dan segala isinya?

Jujur, aku pribadi masih belum bisa menyeimbangkan keduanya, bahkan rasanya masih lebih banyak berurusan dengan dunia dibanding akhirat. Ada juga yang membantah, "Gue tetep inget Allah kok biarpun gue enggak sholat"

Teman, Rasulullah yang udah dijamin masuk surga ajah masih rajin sholat sampe kakinya bengkak-bengkak, masa kita yang ngaku umatnya enggak mau sholat karena merasa udah jadi orang baik?

Bayangkan jika orang tua kita bilang sayang sama kita, tapi mereka enggak pernah perhatian, enggak pernah ada di rumah, tanya kabar kita aja enggak pernah, tanya kita udah makan aja enggak pernah, nanya apa yang kita mau dan kita butuhkan enggak pernah. Masih yakinkah kita dengan kata-kata sayang yang mereka ucapkan dulu?

Begitu juga dengan Allah, kita bilang agama kita islam, kita mengaku bahwa kita muslim, kita mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan seluruh alam, tapi kita enggak pernah sholat, enggak pernah puasa, sedangkan maksiat tak pernah berhenti, apa Allah bisa yakin dengan keislaman kita?

Yakin kita bakal masuk surga kalau sholat aja enggak? Yakin kita enggak diazab dulu di neraka kalo sholatnya masih bolong-bolong dan lebih banyak bermaksiat? Yakin kita bakal berumur panjang sampai menunda-nunda untuk bertaubat? Kematian bisa datang kapan saja sobat. Dan ketika malaikat izrail datang, kita tidak bisa minta diberikan dispensasi umur tambahan untuk bertaubat.

Ingat, iman itu diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan. Kalau enggak lengkap ketiganya, belum bisa disebut beriman. Kita hanya meyakini Tuhan kita Allah, tanpa mengucapkan dua kalimat syahadat dan membuktikan keislaman kita dengan ibadah, itu belum beriman namanya.
Sekali lagi, aku bukan orang suci, bukan orang baik, bukan makhluk sempurna, tapi aku hanya mampu berusaha menjaga kesucian diri, berusaha berbuat baik sesering mungkin, dan berusaha menyempurnakan imanku.

Yuk sama-sama memperbaiki diri. Allah Maha Pengampun, tapi Allah tidak menerima taubat kita jika nyawa sudah menggantung di tenggorokan (sakaratul maut). Kita tidak tau kapan akan mati, maka lebih baik bertaubat mulai dari sekarang. Kita belajar bersama, kita beribadah bersama, agar kelak kita bisa masuk surga bersama-sama pula :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar